Jumat, 04 Maret 2016

MANAJEMEN DALAM PRESPEKTIF ISLAM



MANAJEMEN MENURUT PRESPEKTIF UMUM
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada. manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Baik disadarai ataupun tidak disadari.


1.     PENGERTIAN MANAJEMEN
Pengertian Manajemen secara umum adalah suatu cara atau metode yang konseptual mengenai pemberdayaan atau sumber daya secara keseluruhan yang operasionalisasinya dilaksanakan secara terencana,terorganisasi teratur tertib terkoordinasi serta terjendali sehingga tujuan atau sasaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Manajemen dipetakan kepada tiga hal, yaitu; Pertama, manajemen sebagai ilmu pengetahuan bahwa manajemen memerlukan ilmu pengetahuan. Kedua, manajemen sebagai seni dimana manajer harus memiliki seni atau keterampilan memanej. Ketiga, manajemen sebagai profesi, bahwa manajer yang profesiaonal yang bisa memanej secara efektif dan efesien.
Manajemen adalah Proses Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan dan Pengawasan. Pengertian manajemen juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu:
Ø  Manajemen Sebagai Suatu Proses
Manajemen sebagai suatu proses. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian menurut :
1.      Encylopedia of the social science
yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
2.      Georgy R. Terry
yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.
3.      Haiman
manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan

Ø  Manajemen Sebagai Suatu Kolektivitas Manusia
Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen disebut Manajer.

Ø  Manajemen Sebagai Ilmu ( Science ) Dan Sebagai Seni
Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni. Mengapa disebut demikian? sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam bentuk suatu teori.


2.    UNSUR MANAJEMEN
Para ilmuan memiliki beragam pendapat tentang fungsi-fungsi manajemen atau juga disebut dengan unsur-unsur manajemen.
Menurut Louis A. Allen dalam bukunya Management and Organization menegemukakan tentang element of Management terdiri dari;
a)      Planning, (perencanaan),
b)      Organization (pengorganisasian),
c)      Coordination (Koordinasi), Motivating (motivasi),
d)     Controling (pengawasan)
Kemudian menurut George R. Terry
a)      Planning
b)      Organizing
c)      Actuating
d)     Controling
Sedangkan menurut James A.F. Stoner bahwa fungsi manajemen meliputi
a)      Planning
b)      Organizing
c)      Leading
d)     Controling
Dari beberapa unsur/ fungsi manajemen akan mengantarkan kepada tujuan yang diharapkan oleh suatu institusi/ organisasi tertentu.

3.    FUNGSI MANAJEMEN
Beberapa hal yang didalam proses tahapan kegiatan yang dilakukanoleh institusi atau perorangan dalam rangka mengelola sumber daya yang terdiri atas modal, SDM, natural resources dan iptek antara lain dapat dijelaskan dibawah ini.
1.      Menyusun konsep rencana yang matang jelas dan obyektif.
2.      Mendesain bagan dan sruktur organisasi seluruh kegiatan agar proses kegiatan manajemen berlangsung secara teratur, procedural dan terarah serta terkoordinasi.
3.      Menggerakan dan menggiatkan yang meliputi tugas dan memimpin dan mengarahkan keseluruhan kegiatan  terutama dalammenggerakan dan menggiatakan sumber daya manusia .
4.      Melaksanakan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan agar tugas keseluruhan berlansung secara terkendali, dalam arti terarah, termonitor dan terevaluasi secara seksama.
Gambar 9.1
Konsep Fungsi Manajemen bisnis
 

Pada Gambar 9.2 berikut digambarkan bahwa proses manajemen yang terdiri atas Planning, Organizing, Directing, dan Controlling  itu ditujukan pada pengelolaan material dan capital resources yang menggunakan iptek untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan memperdayakan kemampuan sumber daya manusia sebagai inti pengelolaan di dalam manajemen. Dengan perkataan lain, bahwa obyek yang dikelola atau diatur dalam menejemen ini terdiri atas people (manuasia), material (natural resources), capital atau modal dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Sementara itu, dari upaya pengelolaan semua Resources dalam proses manajemen resebut di tujukan atau dimaksudkan untuk mencapai tujuan (Organization Goal) yang bersifat tertentu, dengan harapan agar pengelolaan dan proses manajemen berlansung secara benar yakni efektif dan efisien serta tujuan yang ditetapkan itu dapat tercapai ecara optimal dan sesuai dengan yang diharapkan.

MANAJEMEN MENURUT PRESPEKTIF ISLAM
Menurut Ketua Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia, Prof KH Ali Yafie, dalam Islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama.
Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen.


1.    PENGERTIAN MANAJEMEN
Dalam konteks Islam manajemen disebut juga dengan (سياسة- إدارةتدبير) yang bersal dari lafadz (ساسأداردبر). Menurut S. Mahmud Al-Hawary manajemen (Al-Idarah) ialah;
 

 االإدارة هي معرفة إلى أين تذهب ومعرفة المشاكل التي تجنبها ومعرفة القوي والعوامل التي تنعرض لها معرفة كيفية التصرف لك ولبا خرتك والطاقم الباحرة وبكفاءة وبدون ضياع في مرحلة الذهاب إلى هناك.
Artinya: manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana mengemudikan kapal serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses mengerjakannya.
Dari ta’rif di atas memberi gambaran bahwa manajemen merupakan kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama.
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Seyogyanya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Manajemen Islam juga tidak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi) berdasarkan suku, agama, atau pun ras.


1.    MANAJEMEN YANG DILAKUKAN RASULULLAH
Manajemen Islam juga tidak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi) berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi Muhammad SAW bahkan pernah bertransaksi bisnis dengan kaum Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun manajemen.
    
      Sesungguhnya rasulallah dalam kapasitasnya adalah sebagai pemimpin dan imam yang berusaha memberikan metode, tata cara atau solusi bagi kemaslahatan hidup umatnya, dan yang dipandangnya relevan dengan kondisi zaman yang ada. Bahkan , terkadang  Rasulallah  bermusyawarah dan  meminta pendapat dari para sahabat atas persoalan yang tidak ada ketentuan wahyunya. Rasulallah  mengambi pendapat mereka wlaupun  mungkin bertentangan dengan pendapat pribadinya.
Proses dan sistem manajemen yang diterapkan rasulallah bersifat tidak mengikat bagi para pemimpin dan umat setelahnya. Persoalan hidup terus berkembang dan berubah searah dengan putaran waktu dan perbedaan tempat. Yang dituntut oleh syariat adalah para pemimpin dan umatnya harus berpegang  teguh pada asas manfaat dan maslahah, serta tidak menyia-nyiakan ketentuan  nash syari’. Namun, mereka tidak terikat untuk mengikuti sistem manajemen Rasul dalam pemilihan pegawai, misalnya, kecuali, jika metode itu memberikan asas maslahah yang lebih, maka ia harus mengikutinya. Jika ia menolaknya, ini merupakan bentuk pengkhianatan terhadap amanah. Dan hal ini diharamkan oleh allah dan Rasul-Nya.
      
       Standar asas manfaat dan masalah  tidaklah bersifat tetap. Ia bisa berubah dari waktu ke waktu. Dan dari satu  tempat ke tempat lainnya. Untuk itu, manajemen dalam  islam bersandar pada hasil ijtihad pemimpim dan umatnya. Dengan catatan, ia tidak boleh bertentangan dengan konsep dasar dan prinsip hukum utama yang bersumber dari alqur’an dan al-sunnah, serta tidak bertolak belakang dengan rincian hukum syara’ yang telah dimaklumi. Umat muslim masih memiliki ruang untuk melakukan inovasi atas persoalan detail yang belum terdapat ketentuan syari’nya.
Bagaimana sebenarnya kepemimpinan Rasulallah SAW sebagai perwujudan kepemimpinan Allah SWT bagi umat manusia, sebagai fakta pengetahuan yang benar, rahasianya hanya ada pada sang pencipta yang mengangkat dan mengutusnya sebagai Rasul. Dalam menggali dan mencari fakta dan makna yang benar dari kepemimpinan Rasulallah SAW itu, jika seorang penganalisa sampai pada hasil yang benar, yang ditemukannya itu adalah rahmat dari Allah SWT.
Allah SWT telah memenuhi janji-Nya untuk melengkapi manusia yang menjadi Rasul-Nya dengan kepribadian yang terpuji. Kepribadian yang terpuji itu memiliki beberapa sifat yang disebut sifat-sifat Wajib bagi seorang Rasul Allah SWT, yang dimiliki juga oleh Muhammad SAW.

 Sifat-sifat Wajib itu adalah sebagai berikut:
1.      siddiq (benar)
2.      amanah (terpercaya)
3.      tabligh (menyampaikan)
4.      fatanah (pandai)
5.      maksum (bebas dari dosa)

Demikianlah lukisan kepribadian Rasulallah SAW sebagai pemimpin yang dicintai umatnya, bukan karena singgasana atau tahta, sehingga berkuasa untuk memaksakan kehendaknya. Beliau tidak memerlukan kekerasan untuk menindas agar orang lain mematuhi dan taat kepadanya. Kedudukan sebagai pemimpin tidak pernah dimanfaatkannya untuk mengumpulkan dan menumpuk harta kekayaan bagi dirinya dan keturunannya. Beliau justru hidup dalam kemiskinanseperti rakyat lainnya.

2.    SASARAN MANAJEMEN
Untuk mencapai tujuan manajemen tidak hanya terfokus kepada manusia sebagai manajer dan anggota pelaksana lain sebagaimana definisi manajemen. Namun disamping itu juga memerlukan sarana-sarana yang lain yang erat hubungannya dengan pencapaian tujuan. Sehingga sarana-sarana manajemen menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu sarana dengan sarana lainnya.
Adapun sarana-sarana itu meliputi;
1.      Men (manusia) sebagai sumber daya utama yang mengatur dan menggerakkan segala aktifitas.
2.      Money (uang) merupakan sarana yang selalu mengiringi segala aktifitas seseorang.
3.      Material (materi) atau bahan-bahan merupakan sarana manajemen yang bisa merespons terhadap perkembangan zaman.
4.      Methods, (metode) sebagai sarana manajemen dalam upaya efesiensi dan tepat guna dalam pencapaian tujuan. Dan yang terakhir
5.      Markets (pasar) bagaiamana hasil dari organisasi tersebut benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat.

3.    UNSUR-UNSUR MANAJEMEN
Manajemen memiliki beberapa fungsi yang terkait dengan pencapaian tujuan.
Dalam konteks Islam manajemen memiliki unsur-unsur yang tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen secara umum. Hal ini telah tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai falsafah hidup umat Islam. Unsur-unsur tersebut diantaranya;

a)      (التخطيط) atau Planning
yaitu perencanaan/ gambaran dari sesuatu kegiatan yang akan datang dengan waktu, metode tertentu. Sebagaimana Nabi telah bersabda: (إن الله يحب إذا عمل أحدكم العمل أن يتقنه)
Artinya: Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan , dilakukan secara itqan (tepat, tearah, jelas, tuntas. (HR. Thabrani).
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, (فإذافرغت فانصب وإلى ربك فارغب)
artinya: Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap. (Al-Insyirah; 7-8)
Setiap apa yang diperbuat oleh manusia maka ia harus mempertanggung jawabkannya. Agama mengajarkan umatnya untuk membuaat perencanaan yang matang dan itqan, karena setiap pekerjaan akan menimbulkan sebab akibat. Adanya perencanaan yang baik akan menimbulkan hasil yang baik juga sehingga akan disenangi oleh Allah. Tentunya penilaian yang paling utama hanya penilaian yang datangnya dari Allah SWT.

b)     (التنظيم) atau Organization
Dapat didefinisikan bahwa pengorganisasian merupakan pembentukan badan atau betuk sruktur kumpulan orang di mana hubungan kerja sama antar orang dan fungi didalam badan organisasi ini mekanismenya berlansung secara efektif dan efisien dalam  mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Pengorganisasian merupakan wadah tetang fungsi setiap orang , hubungan kerja baik secara vertikal atau horizontal. Dalam surat Ali Imran Allah berfirman (واعتصموابحبل الله جميعا ولاتفرقواواذكروا نعمت الله عليكم إذكنتم أعداء…)
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan… (Ali Imran; 103)
Ayat di atas menunjukkan bahwa organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bisa diorganisir dengan baik. Maka hendaknya bersatu-padulah dalam bekerja dan memegang kometmen untuk menggapai cita-cita dalam satu payung organisasi dimaksud.
Allah berfirman; ( لايكلف الله نفسا إلا وسعهالهاماكسبت وعليها مااكتسبت…)
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Al-Baqarah; 286)
Kinerja bersama dalam organisasi disesuai dengan kemampuan yang dimiliki olah masing-masing individu. Menyatukan langkah yang berbeda-beda tersebut perlu ketelatenan mengorganisir sehingga bisa berkompetitif dalam berkarya. Disamping ayat di atas, Sayyidina Ali bin Abi Thalibmembuat statemen yang terkenal yaitu; (الحق بلا نظام يغلبه الباطل بنظام)
Artinya: Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan rapi, dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisasi dengan baik.
Statemen Sayyidina Ali merupakan pernyataan yang realistis untuk dijadikan rujukan umat Islam. Hancurnya suatu institusi yang terjadi saat ini karena belum berjalanannya ranah organisasi dengan menggunakan manajemen yang benar secara maksimal.
Manfaat yang diperoleh dari konsep perorganisasian ini secara teoritis mestinya haru tercipta adanya:
1.    Tugas dapat dilaksanakan lebih teratur dan terspesifikasi.
2.    Tingkat koordinasi antar fungsi lebih terpadu.
3.    Tingkat pengawasan lebih efisien.
4.    Mekanisme kegiatan mempunyai pedoman yang jelas .
5.    Konsep design mencegah ovelaping keseluruhan kegiatan .
6.    Diisi oleh staf yang sesuai dengan tuntutan fungsi yang obyektif.


c)      (التنسيق) atau Coordination
upaya untuk mencapai hasil yang baik dengan seimbang, termasuk diantara langkah-langkah bersama untuk mengaplikasikan planning dengan mengharapkan tujuan yang diidamkan. Allah berfirman; (يأيهاالذين أمنواادخلوا فى السلم كافة ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين)
Artinya; Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan, karena setan itu musuhmu yang nyata. (Al-Baqarah; 208)
Apabila manusia ingin mendapat predikat iman maka secara totalitas harus melebur dengan peraturan Islam. Iman bila diumpamakan dengan manusia yang ideal dan Islam sebagai planning dan aturan-aturan yang mengikat bagi manusia, maka tercapainya tujuan yang mulia, memerlukan adanya kordinasi yang baik dan efektif sehingga akan mencapai kepada tujuan ideal. Cobaan dan kendala merupakan keniscayaan, namun dengan manusia tenggelam dalam lautan Islam (kedamaian, kerjasama dan hal-hal baik lainnya) akan terlepas dari kendala-kendala yang siap mengancam.

d)     (الرقابة) atau Controling
pengamatan dan penelitian terhadap jalannya planning. Dalam pandangan Islam menjadi syarat mutlak bagi pimpinan untuk lebih baik dari anggotanya, sehingga kontrol yang ia lakukan akan efektif. Allah berfirman (يأيهاالذين أمنوالم تقولون مالاتفعلون)
Artinya; Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Q.S. Ash-Shoff; 1)
Dalam surat At-Tahrim Allah berfirman (يأيهاالذين أمنواقواانفسكم وأهليكم نارا..)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (Q.S. At. Tahrim; 6)
Menjaga keselamatan dan kesuksesan institusi merupakan tugas utama manajer, baik organisasi keluarga maupun organisasi secara universal. Bagaimana manajer bisa mengontrol orang lain sementara dirinya masih belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer orang terbaik dan harus mengontrol seluruh anggotanya dengan baik.
Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa kontrol yang utama ialah dari Allah SWT. (ألم تر أن الله يعلم مافى السموات وما فى الأرض…)
Artinya: Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi… (Al-Mujadalah; 7)
Dalam konteks ayat ini sebenarnya sangat cukup sebagai konsep kontrol yang sangat efektif untuk diaplikasikan. Memahami dan membumikan konteks ayat ini menjadi hal yang sangat urgen. Para pelaksana institusi akan melaksanakan tugasnya dengan konsisten sesuai dengan sesuatu yang diembannya, bahkan lebih-lebih meningkatkan spirit lagi karena mereka menganggap bahwa setiap tugas pertanggung jawaban yang paling utama adalah kepada Sang Khaliq yang mengetahui segala yang diperbuat oleh makhluk-Nya.

e)      (ترغيب) atau Motivation
menggerakan kinerja semaksimal mungkin dengan hati sukarela. Masalah yang berhubungan dengan motivasi Allah telah berfirman; (وأن ليس للإنسان إلا ما سعى)
Artinya: Dan bahwasanya mausia tiada memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya. (Q.S. An-Najm; 39)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman: (إن الله لايغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم)
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengobah sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-Ra’du; 11)
Dari dua ayat tersebut di atas berimplikasi adanya motivasi untuk selalu berusaha dan merobah keadaan. Dengan adanya usaha dan adanya upaya merobah keadaan ke rarah yang lebih baik akan mengantarkan kepada tujuan dan kesuksesan yang nyata.
Dalam sebuah kata hikmah disebutkan (من جد وجد)
Artinya: Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti mendapatkan.
Disamping itu Allah berfirman; (أدعوني أستجب لكم)
Artinya; Mintalah kamu semua kepada-Ku pasti akan Aku kabulkan padamu. (Q.S.)
Dalam ayat yang lain Allah SWT., juga berfirman yang ada kaitannnya dengan motivasi, (فمن يعمل مثقال ذرة خيرايره. ومن يعمل مثقال ذرة شرايره)
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Az-Zalzalah; 7-8)
Dari uraian di atas merupakan bentuk anjuran Islam bagi umat manusia untuk memiliki motivasi dalam menjalani hidup. Dengan tingginya semangat dan motivasi sebagai modal awal dalam meraih kehidupan yang lebih cerah dan terarah. Dengan demikian bahwa planning yang menjadi acuan utama akan dengan mudah untuk bisa direalisasikan, karena dengan berdasarkan agama, motivasi manusia tidak sekedar hanya tumenyelesaikan ntutan duniawi saja, tetapi juga terhadap pertanggung jawaban ukhrawinya.

f)       (الخلافة) atau disebut Leading
mengatur, memimpin segala aktifitas kepada tujuan. Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits banyak membahas tentang kepemimpinan. Diantaranya firman Allah SWT., dalam surat Al-An’am sebagai berikut; (وهوالذي جعلكم خلائف الأرض ورفع بعضكم فوق بعض درجات ليبلوكم فى مااتاكم)
Artinya; Dialah yang menetapkan kamu menjadi penguasa di muka bumi, dan ditinggikan-Nya sebagaian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, sebagai cobaan bagimu tentang semua yang diberikannya kepadamu. (Al-An’am; 165)
Selain dalam Al-Qur’an, Al-Hadits juga banyak yan membahas tentang kepemimpinan, diantaranya; (كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته)
Artinya: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban mengenai orang yang kamu pimpin. (HR. Muslim)
Dalam konsepi ajaran Islam bahwa pemimpin tidak hanya terfokus kepada seseorang yang yang memimpin institusi formal dan non formal. Tuntutan Islam lebih uiversal bahwa kepemimpinan itu lebih spesifik lagi kepada setiap manusia yang hidup ia sebagai pemimpin, baik memimpin dirinya maupun kelompoknya.
Dengan demikian kepemimpinan dalam ajaran Islam dimulai dari setiap individu. Setiap orang harus bisa memimpin dirinya dari taqarrub kepada Allah dan menjahui larangan-Nya. Apabila manusia sudah bisa memeimpin dirinya, maka tidak mustahil bila ia akan lebih mudah untuk memimpin orang lain. Disamping itu pertanggungjawaban pemimpin dalam konteks Islam tidak serta merta hanya kepada sesama manusia, tetapi yang paling utama adalah pertanggungjawaban kepada Khaliknya.


4.    MANAJEMEN SUMBER DAYA INSANI
Islam memandang manusia sebagai makhluk ciptaan Allah untuk mengemban amanah mengerjakan ibadah untuk bekal hidupnya baik di dunia maupun akhirat. Dalam konteks hubungan kerja antara perusahaan dengan manusia sebagai pemimpin maupun tenaga keraja Islam memandang  manusia harus mempunyai etos kerja tinggi dalam mengemban semua amanah yang diterimanya untuk mencapai ridha Allah.
Secara kodrat manusia memiliki kapasitas dan potensi yang bebeda-beda. Perbedaan potensi ini secara fitrah mengharuskan manusia melakukan kerjasama antara mereka untuk mencapai tujuan kebaikan bersama, seperti yang difirmanan Allah dalam Al Qur’an surah Al Maidah ayat 2.
Dalam kerjasama manusia didalam suatu organisasi tentunya menerapkan sistem pendelegasian. Objek yang didelegasikan terdiri dari tugas pekerjaan, kekuasaan atau amanah. Untuk menuju kebaian bersama, pendelegasian manusia dalam organisasi harus tepat. Berikut hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pendelegasian dalam suuatu organisasi:
a)      Penerima delegasi harus mempunyai kapasitas dan potensi yang mumpuni yang berkaitan dengan objek yang didelegasian.
b)      Penerima delegasi harus berkemampuan intelektual skill yang cocok dan baik atau kompeten
c)      Penerima delegasi harus benar-benar terbukti bereputasi jujur
d)     Penerima delegasi harus  kredible (siddiq)
e)      Penerima delegasi secara fisik dan batin mampu melasanaan tugas yang diberikan
f)       Adanya kejelasan tanggung jawab pada pendelegasian
g)      Pemberian hak sesuai potensi dan tanggung jawab

5.    PERBEDAAN ANTARA MANAJEMEN SYARIAH DAN MANAJEMEN KONVENSIONAL
Sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antara manajemen syariah (islam) dengan manajemen modern. Keduanya berbeda dalam hal tujuan, bentuk aturan teknis, penyebarluasan dan disiplin keilmuannya. Disamping itu, pengembangan pemikiran modern oleh Negara barat telah berlangsung sangat dinamis.  Di satu sisi, masyarakat muslim belum optimal dalam mengembangkam kristalisasi pemikiran manajemen syariah dari penggalan sejarah (turats) yang otentik, baik dari segi teori maupun praktik. Padahal Rasulallah telah bersabda bahwa: “Telah aku tinggalkan atas kalian semua satu perkara, jikakalian berpegang teguh atasnya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya setelah ku, yaitu kitab allaah (alqur’an) dan sunnah ku(Hadis).” Perbandingan antara manajemen syariah dan manajemen konvensional antara lain :
a)      Paradigma Manajemen Syariah dan Konvensional

SYARIAH
KONVENSIONAL
VISI
IMAN
IDEOLOGI KOMERSIL
MISI
AMAL/IBADAH
PROFESIONALISME DALAM PRODUKSI
METODOLOGI
SYARIAH
COMMON MANAGEMENT PRACTICE




b)     Metodologi
METODE KONVENSIONAL
METODE SYARIAH
1.      Menetapkan kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan akal untuk menemukan kebenaran-kebenaran metafisik yang final. Keterbatasan kekuatan akal menyebabkan keterpaduan prinsip-prinsip, baik secara global maupun spesifik, terus berevolusi kea rah kesempurnaan melalu empasan-empasan koreksional yang berjalan.
2.      Upaya coba-coba (trial and error) manusia berdasarkan perkiraan dengan berbagai metodologi, yanhg dijalankan dalam kerangka pemikiran-pemikiran dan nilai-nilai yang berkembang pada zamannya.
1.      Menempatkan syariah sebagai pedoman dasar yang mempunyai prinsip baik secara spesifik dalam keterpaduan yang optimum yang berlaku universal dan sepanjang zaman, yang paripurna dan sempurna.



2.      Upaya ijtihad (interpretasi syariah dalam rangka langkah realisasi) manusia berdasarkan kebutuhan perkembangan zaman dan teknologi dalam kerangka mencapai keberhasilan.




c)      Rasionalitas Manajemen
METODE KONVENSIONAL
METODE SYARIAH
Efisiensi factor produksi

Pertimbangan sosio-psikologi-ekonomi.
Efisiensi factor produksi

Pertimbangan sosio-psikologi-ekonomi.

Pertimbangan nilai-nilai dan prinsip syariah yang menjamin kesuksesan dan kelanggengan suatu bisnis.



a)      Hasil Yang Diharapkan
METODE KONVENSIONAL
METODE SYARIAH
PARETO OPTIMUM
Keseimbangan pada optimalitas pareto.









Mengoptimalkan sumber-sumber daya sehingga efisien dan menghasilkan kontinuitas.
OPTIMUM ISLAMI
Keseimbangan pasar yang mencerminkan proses realisasi secara terus-menerus antara efisiensi dan keadilan yang optimal, hanya dapat tercapai bila terjaga :
Ad-dien (keimanan)
An-nafs (jiwa)
Al-aql (akal)
An-nasl (keturunan)
Al-maal (kekayaan)

Keterpaduan dengan komposisi yang tepat antara factor ekonomi dan pertimbangan nilai-nilai dan prinsip syariah.




1.    KEUNGGULAN MANAJEMEN SYARIAH
Syariah islam telah mengatur dan membimbing manusia diseluruh aspek kehidupan. Dengan tuntunan syariah inilah manusia bisa mencapai al-falaah (kesuksesan, keberhasilan, dan kemenangan) dan hayatan thayiban (kehidupan yang baik, maslahat dan sejahtera). Syariah memang sangat patut dijadikan landasan untuk mencari solusi dalam tantangan berusaha dalam era globalisasi ini. Tujuan islam adalah kemaslahatan pada setiap zaman dan tempat, yang membawa pada keselamatan dan kontinuitas berusaha dengan segala tantangannya, baik bagi bisnis itu sendiri maupun lingkungan bisnis dan masyarakat dimana bisnis itu berjalan. kenggulan-keunggulan bisnis dan manajemen syariah adalah sebagai berikut :

a.      Menguntungkan dan membawa kemaslahtan bagi semua pihak
Indahnya esensi syariah islam adalah menghilangkan semua yang berbahaya dan mudharat bagi manusia dan kehidupan, dalam produk dan jasa suatu bisnis maupun metode suatu manajemen. Penerapan syariah juga berarti menyediakan segala yang dibutuhkan dalam suatu produk, jasa, maupun manajemen secara memadai sehingga produk dan jasa diterima pasar serta manajemen pun berjalan lancer. Dengan demikian, kemaslahatan bagi semua pihak dapat terwujud dan keuntungan pun akan diraih.

b.      Meningkatkan keuntungan jangka panjang
Semua kebijakan bisnis dan manajemen yang berdasarkan syariah memang membutuhkan komitmen, biaya maupun investasi di depan. Tetapi secara jangka panjang keuntungan-keuntungan yang diraih atas kebijakan tersebut melebihi komitmen, biaya, maupun investasi yang telah dilakukan.

c.       Meningkatkan daya tahan produk dan jasa dalam persaingan, dan lebih menjamin kontinuitas bisnis.
Dengan kebijakan bisnis dan manajemen berbasis kemaslahatan, dukungan, dan sinergi dari para stakeholder akan mudah tercapai sehingga pada gilirannya daya tahan bisnis dan manajemen pun akan lebih kuat di tengah persaingan yang ketat sehingga keberlanjutan bisnis lebih terjamin.

d.      Menempatkan suatu bisnis dalam posisi yang optimum di antara seluruh aspek yang mendukungnya.
Basis kemaslahatan dalam syariah juga akan memosisikan bisnis dan manajemen syariah dalam ranah 3P, yaitu People-Manusia, Profit-Keuntungan, dan Planet-Lingkungan-Alam semesta.

KESIMPULAN
Sesungguhnya manajemen itu sudah ada ketika manusia sudah ada, dan tidak terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari didalam mengatur hidupnya. Adapun tuntunan dan acuan manajemen didalam islam ialah berpegang teguh kepada Al-quran dan Hadis. Allah SWT mengutus Muhammad SAW sebagai salah seorang yang sangat ahli didalam  manajemen baik itu agama, politik,sosial maupun ekonomi, beliau adalah pemimpin yang wajib dicontoh dan diteladani oleh umat islam.










DAFTAR REFERENSI
1.       Achsin, Inggi H. 2003. Konsep Praktik Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2.       Eriyono.2012. “Perkembang Manajemen dalam Prespektif Islam” http://eriyonoyon.blogspot.com/2012/01/perkembangan-manajemen-dalam-perspektif.html?m=1 (18 Maret 2015)
3.       Hefni Y. 2008. “Manajemen dalam Prespetif Islam” https://hefniy.wordpress.com/2008/10/06/manajemen-dalam-perspektif-islam/ (18 Maret 2015)
4.       Muslich. 2007. Bisnis Syariah Prespektif Muamalah dan Manajemen. Yogyakarta:  Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
5.       Pandu Umat, 2011. “Memahami Manajemen dalam Prespektif Islam” https://panduummat.wordpress.com/2011/03/16/memahami-manajemen-dalam-perspektif-islam/ (18 Maret 2015)
6.       Saifullah, Muhammad. Etika Bisnis Islam dalam Praktek Bisnis Rosulullah.
7.       Sofyan, Riyanto. 2011. Bisnis Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka  Utama.






5 komentar:

  1. sangat bermamfaat
    terima kasih

    BalasHapus
  2. mohon izin meng-copy nggih, buat salah satu referensi.. terimakasih

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas ilmunya. Izin save dan copy sebagai referensi pribadi saja

    BalasHapus