Minggu, 27 Maret 2016

analisis laporan keuangan : ANALISIS RASIO



ANALISIS RASIO

1.     PENGANTAR
·          Bab ini akan membicarakan analisis laporan keuangan dengan menggunakan analisis rasio
·          Bab ini masih membicarakan analisis rasio dan.
·          Pembicaraan lebih rinci mengenai rasio‑rasio tertentu yang akan dipakai untuk analisis bisa dilihat pada bab‑bab berikutnya.


2.     HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
·          Adanya tren-tren tertentu
·          Perbandingan dengan benchmark tertentu, misal rata-rata industri
·          Diskusi atau pernyataan‑pernyataan yang melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang harus dimasukkan dalam analisis
·          Perlu menggali informasi tambahan di luar laporan keuangan, seperti pangsa pasar, persaingan

3.     ANALISIS RASIO
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan matematis (mathematic relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya.
Analisa Rasio akan menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan arau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka sasio tersebut dibandingkan dengan anka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard (rasio industri)
Analisa rasio adalah analisa yang bersifat future oriented, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan factor yang ada periode ini dengan factor pada masa yang akan dating yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.
Kegunaan angka rasio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan penganalisa dalam menginterpretasikan data tersebut.
Penggunaan analisa rasio antara lain dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat Likuiditas, Solvabilitas, Keefektifan Operasi dan derajat keuntungan (profitabilitas) suatu perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan merupakan hasil kombinasi dari fakta yang tercatat (recording fact), anggapan atau kebiasaan2 dalam akuntansi serta pendapat pribadi (personal judgment). Sehingga penentuan standard rasio (rasio industry) sebagi pembanding mungkin kurang pasti, karena standard rasio untuk industry merupakan hasil rata2 dari perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan yang berbeda-beda.
Perbedaan2 dalam data keuangan perusahaan secara umm disebabkan oleh faktor2 sebagai berikut :
      Perbedaan letak perusahaan dengan tingkat harga dan biaya operasi yang berbeda.
      Perbedaan jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan dalam operasional perusahaan.
      Perbedaan umur kekayaan yang dimliki oleh setiap perusahaan
      Perbedaan kebijakan dalam menaksir umur kegunaan suatu aktiva tetap, metode depresiasi, metode penilainnya.
      Perbedaan struktur permodalan yang dimiliki oleh setiap perusahaan
      Perbedaan system dan procedure akuntansi yang dikunakan 

4.     PENGGUNAAN RASIO INDUSTRI
Penganalisa dalam menggunakan rasio industry harus cermat dan hati2 Karena rasio industry disusun berdasarkan data keuangan dari perusahaan yang mempunuai kondisi yang berbeda.
Jika standard rasio tidak ada dalam bentuk yang tetap, maka penganalisa dapat membuat standard rasio tersebut, dengan cara sebagai berikut :
      Mengumpulkan laporan keuangan dari perusahaan yang dapat diperbandingkan (sama dalam operasinya, sama dalam kebijakan keuangannya, sama dalam penilaian aktiva dan metode depresiasinya)
      Menghitung angka rasio yang dipilih untuk tiap2 perusahaan dalam industry
      Menyusun rasio2 tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah dan menghapuskan rasio yang ekstrim (terlalu tinggi atau terlalu rendah)
      Menghitung rata2 hitungnya dan menentukan mediannya

5.     PENGGOLONGAN ANGKA RASIO
Pada dasarnya macam atau jumlah angka rasio itu banyak sekali, karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa, namun demikian angka2 rasio dapat digolongkan berdasarkan sumber data keuangan dan didasarkan pada tujuan dari penganalisa.
Berdasarkan sumber data
  1. Rasio2 neraca, semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca (misalnya Current Rasio, Acit test Rasio)
  2. Rasio2 laporan rugi-laba semua rasio  yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari laporan Rugi-Laba (misalnya gross profit margin, net operating margin, operating rasio)
  3. Rasi2 antar laporan, semua rasio yang datanya ber asal dari neraca dan laporan Rugi-Laba (misalnya inventory turnover, account receivable turn over, sales to fixed asset)
Berdasarkan tujuan analisa
Tujuan analisa pada umumnya untuk mengetahui tingkat Rentabilitas, Solvabilitas dan Likuiditas perusahaan, oleh karena itu penggolongan rasio berdasarka tujuan terdiri dari :
  1. Rasio2 Likuiditas
  2. Rasio2 Solvabilitas
  3. Rasio2 Aktivitas
  4. Rasio2 Rentabilitas
  5. Rasio2 Pasar
  6. Rasio2 lain sesuai dengan kebutuhan penganalisa

6.     ANALISIS RASIO
·      Rasio‑rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung‑gabungkan angka‑angka di dalam atau antara laporan rugi‑laba dan neraca.
·      Dengan cara rasio semacam itu diharapkan pengaruh perbedaan ukuran akan hilang
·      Rasio keuangan juga akan mempermudah menggali informasi dari laporan keuangan

7.     KATEGORI ANALISIS RASIO
·      Rasio Likuiditas
·      Rasio Solvabilitas
·      Rasio Aktivitas
·      Rasio Profitabilitas
·      Rasio Pasar 

a)       Rasio Likuiditas
Rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek , Pengguna rasio ini Bank, Kreditor Jk Pendek, Kreditor jk Panjang dan Manajemen
Bagi penganalisa, dalam melakukan analisa rasio likuiditas akan muncul pertanyaan2 antara lain :
      Apakah perusahaan mampu membayar hutang2nya tepat pada waktunya ?
      Apakah manajemen menggunakan modal kerja secara efektif ?
      Apakah modal kerja cukup, kurang atau berlebihan ?
      Apakah perusahaan mempunyai kredit rating yang menguntungkan ?
      Apakah posisi keuangan perusahaan jangka pendek berkembang ?
Suatu Perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu :
      Memenuhi kewajiban2nya tepat pada waktunya yaitu pada waktu jatuh tempo atau di tagih (kewajiban terhadap pihak eksternal)
      Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban terhadap pihak intern)
      Membayar bunga dan Deviden yang dibutuhkan
      Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan
      Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan)
      Dua rasio yang sering digunakan
      Rasio Lancar
      Rasio Quick

b)     Rasio Solvabilitas
Rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka panjang
Bank dan Kreditor jangka pendek sangat memperhatikan tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya dalam jangka pendek. Tetapi para
kreditor jangka panjang atau pemegang saham selain memperhatikan pada kondisi jangka pendek justru yang utama adalah sangat memperhatikan pada kondisi jangka panjang karena posisi keuangan jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu parallel dengan posisi keuangan jangka panjang.
Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang.
Hal-hal yang menguntungkan dalam jangka pendek dengan mudah dapat digoyahkan dengan pos-pos dalam jangka panjang, antara lain :
  1. Adanya understated (dicatat terlalu kecil) terhadap depresiasi mengakibatkan keuntungan dalam tahun-tahun awal kelihatan baik (menguntungkan) karena biaya depresiasi kecil, income overstated, dalam jangka panjang akhirnya perusahaan tidak dapat memperoleh kembali aktiva tetapnya, hal ini merupakan penurunan kapasitas yang membahayakan kelangsungan usaha, karena aktiva belum habis disusut tapi sudah tidak dapat digunakan lagi.
  2. Jatuh tempo dari hutang jangka panjang yang tidak diperkirakan (direncanakan) dengan baik, sehingga pada saat jatuh temponya perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
  3. Struktur modal yang tidak baik, misalnya jumlah hutang lebih besar dari modal sendiri
  4. Pada waktu terjadi tendensi inflasi dan perusahaan menggunakan perhitungan Harga pokok historis (dengan metode FIFO), sehingga harga pokok kelihatan sangat rendah, padahal harga jual meningkat sehinga mengakibatkan profit margin kelihatan tinggi. Hal ini menyebabkan aktiva lancar (terutama persediaan) semaikn turun karena dengan mudah jumlah uang yang sama tidak dapat memperoleh jumlah kwantitas persediaan yang sama seperi jumlah sebelumnya.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban‑kewajiban jangka panjangnya
Ada beberapa  macam rasio yang bisa dihitung:
    1. Rasio total hutang terhadap total aset,
    2. Rasio hutang‑modal saham,
    3. Rasio Times Interest Earned,
    4. Rasio fixed charges coverage.

c)      Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat tingkat aktivitas aktiva‑aktiva pada tingkat kegiatan tertentu (seberapa besar efektivitas penggunaan aktiva tertentu)
Empat rasio aktivitas yang akan dibicarakan adalah:
a.         Rata‑rata umur piutang, 
b.         Perputaran persediaan, 
c.         Perputaran Aktiva Tetap, dan
d.        Perputaran Total Aktiva.

d)     Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu.
Ada tiga rasio yang sering dbicarakan, yaitu:
a.         Profit margin,
b.         Return On total Asset (ROA), dan
c.         Return On Equity (ROE).

e)      Rasio Pasar 
Rasio pasar mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku.
Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio‑rasio ini.
Ada beberapa rasio yang bisa dihitung:
a.         PER (Price Earning Ratio),
b.         Dividend yield, dan
c.         Pembayaran dividen (dividend payout).

8.     PENGGOLONGAN ANGKA RASIO
Berdasarkan tujuan analisa
Tujuan analisa pada umumnya untuk mengetahui tingkat Rentabilitas, Solvabilitas dan Likuiditas perusahaan, oleh karena itu penggolongan rasio berdasarka tujuan terdiri dari :
  1. Rasio2 Likuiditas
  2. Rasio2 Solvabilitas
  3. Rasio2 Aktivitas
  4. Rasio2 Rentabilitas
  5. Rasio2 Pasar
  6. Rasio2 lain sesuai dengan kebutuhan penganalisa

a.      Rasio Likuiditas
      Current Rasio
      Cash Rasio
      Acit Test Rasio
      Working Capital To Total Asset Rasio
b.      Rasio Solvabilitas
      Total Debt to Equity Rasio
      Total Debt to total capital assets Rasio
      Longpterm Debt to Equity Rasio
      Tanggible Assets Debt Coverage
      Time Interest Earned Rasio

c.       Rasio Aktivitas
      Total assets Turnover
      Receivable Turnover
      Average Collection Period
      Inventory Turnover
      Average Day’s Inventory
      Working Capital Turnover

d.      Rasio Rentabilitas
      Gross Profit Margin
      Operating Income Rasio
      Operating Rasio
      Net Profit Margin
      Earning Power to Total Investment
      Net Earning Power Rasio
      Rate of Return for Owners

e.       Rasio Pasar
        Price Earning Ratio (PER)
        Dividend yield, dan
        Ddividend payout Ratio
        Deviden Per Share (DPS)
        Earning Per Share (EPS)
        Book Value Per Share
        Prive Book Value
9.     ANALISIS DU PONT
Du Pont mengembangkan analisis yang memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset (asset utilization).
Analisis ini menghubungkan tiga macam rasio sekaligus yaitu ROA, profit margin, dan perputaran aktiva.
ROA bisa dipecah sebagai berikut:
ROA = Profit margin  x  Perputaran Aktiva

Analisis Du Pont bisa dikembangkan lebih lanjut untuk melihat efek hutang (financial leverage), terhadap tingkat keuntungan
ROE bisa dipecah sebagai berikut ini
ROE = ROA x (Total Aset/Modal Saham)
Rasio (Total Aset/Modal Saham) mencerminkan hutang perusahaan

10.                      BEBERAPA KETERBATASAN
·      Keterbatasan metode historical cost dan metode akrual
·      Perbedaan metode akuntansi (misal metode FIFO, LIFO, rata‑rata persediaan) bisa mengakibatkan perbedaan kesimpulan
·      Window dressing
·      Perusahaan yang bergerak pada beberapa sektor yang menyebabkan kesulitan dalam perbandingan
·      Inflasi bisa mengaburkan analisis
·      Keterbatasan angka rata-rata industri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar